Senin, 05 Juni 2017

Apakah benar, tidurnya orang berpuasa adalah ibadah?

Image result for animasi tidur saat puasa
 (www.google.com)

Tidur, siapa sih yang tidak pernah tidur siang, apalagi di bulan yang penuh berkah ini. Sebagian besar orang memanfaatan jam istirahatnya untuk tidur siang.

Alhamdulillah, kita sudah memasuki hari ke 11. Dan biasanya saat menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan ini, pasti rasa ngantuk datang secara berlebihan. Hal ini dikarenakan jam tidur kita berkurang karena adanya aktivitas makan sahur setiap malam menjelang pagi. Makanya kita lebih mudah mengantuk dan menguap. 

Ada beberapa da'i yang menyampaikan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Sehingga orang-orang akhirnya menjadi bermalas-malasan dan lebih senang tidur dari pada melakukan amalan lainnya. Padahal jika tidur ini di lakukan secara berlebihan, bukan lagi ibadah melainkan akan menyebabkan tubuh kita menjadi lemas dan malas untuk melakukan berbagai macam aktivitas. 

Untuk itu tidur yang bernilai ibadah ini sebenarnya jika tidur yang kita lakukan ini diniatkan dalam hati untuk melakukan ibadah (contoh, seperti di niatkan untuk melakukan shalat malam atau melakukan amalan lainnya). Berbeda halnya jika tidurnya hanya untuk bermalas-malasan seharian dari pagi hingga sore sampai waktunya berbuka puasa, maka tidur yang seperti inilah yang dikatakan tidur yang sia-sia. Pada intinya tidur itu tergantung niat, mau di niatkan ibadah atau malas-malasan.
Jika niat tidurnya hanya malas-malasan sehingga tidurnya bisa seharian dari pagi hingga sore, maka tidur seperti ini adalah tidur yang sia-sia. Namun jika tidurnya adalah tidur dengan niat agar kuat dalam melakukan shalat malam dan kuat melakukan amalan lainnya, tidur seperti inilah yang bernilai ibadah.

Sumber : https://rumaysho.com/454-tidurnya-orang-yang-berpuasa-adalah-ibadah.html








 

Rabu, 31 Mei 2017

Bahaya & Dosa dari Ghibah

 
Related image
(www.google.com)
 
Ghibah (bergunjing) adalah membicarakan aib atau kekurangan dan kelemahan orang lain, termasuk menjelek-jelekkan atau istilah populernya adalah "bullying".

"Hai orang orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang."(QS. Al Hujurat :12).
DIKISAHKAN, pada malam Isra' Mi'raj, Nabi Muhammad Saw melewati suatu kaum yang sedang mencakar-cakar wajah mereka sendiri dengan kukunya. 
Ketika hal itu ditanyakan Nabi Saw kepada Malaikat Jibril yang mendampinginya waktu itu, Jibril menjawab, "Itulah gambaran orang yang suka menggunjing (ghibah) sesamanya". 

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih. 
“Ketika beliau (Nabi Saw) di-mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut. Lalu beliau bertanya kepada Jibril: 'Wahai Jibril siapa mereka itu?.' Jibril menjawab: 'Mereka adalah orang-orang yang sering 'makan daging manusia', dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lain” (HR Ahmad dan Abu Dawud dari Anas ra.)
Yang dimaksud "sering makan daging manusia" oleh Jibril tak lain adalah QS. Al-Hujurat:12 di atas yang mengibaratkan ghibah dengan "memakan daging saudaranya yang telah mati (mayat)".
Larangan ghibah juga ditegaskan Nabi Saw.
"Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Saw bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Saw menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” (HR Muslim).
LEBIH BESAR DARI DOSA ZINA
Dari penjelasan ringkas di atas, sudah jelas, betapa besar bahaya dan dosa ghibah. "Ngomongin orang", dalam perspektif risalah Islam, merupakan perbuatan tercela yang berakibat dosa. 
Bahkan, Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menyebutkan, ghibah itu lebih besar dosanya daripada zina. "Menbicarakan kejelekan orang lain itu lebih keji dari pada 30 kali perbuatan zina".

Mungkin di antara kita, secara sadar ataupun tidak sadar, sering terlibat perbuatan ghibah. Dalam percakapan atau obrolan sehari-hari, sering obrolan itu menjurus dan tenggelam dalam ghibah. Meskipun kejelekan atau kekurangan orang lain itu faktual, benar-benar terjadi alias sesuai dengan kenyataan, tetap saja itu ghibah.

Contoh ghibah banyak sekali. Bahkan ketika kita mengatakan "pendek amat orang itu" misalnya, itu termasuk ghibah. Diriwayatkan, ketika Siti Aisyah memberikan isyarat dengan tangannya tentang seorang wanita yang pendek, Rasulullah Saw bersabda, "Kamu menggunjingnya?".
Ghibah termasuk akhlak tercela. Tersirat di dalamnya perbuatan tercela lain seperti sombong, merasa diri paling baik dan benar, serta menghina orang lain. 
Ketercelaan ghibah dapat dirasakan betapa tersinggung perasaan kita, atau sakit hatinya kita, bahkan betapa marahnya kita, jika kejelakan dan kekurangan kita dibicarakan orang lain.

Muslim yang baik takkan suka bergunjing. Nabi Muhammad Saw bersabda, "orang Muslim adalah yang selamat Muslim lainnya dari ucapannya dan tangannya". Al-Muslimu man salimal Muslimina min lisanihi wa yadihi.

GHIBAH YANG DIBOLEHKAN
Namun demikian, tidak selamanya ghibah itu dilarang. Al-Hasan sebagaimana dikutip Imam Al-Ghazali dalam Teosofia Al-Quran, menyebutkan: 
"Ada tiga golongan tidak termasuk menggunjing jika menyebut aib mereka, yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu, orang fasik yang melakukan kefasikan secara terang-terangan, dan pemimpin yang menyeleweng". 
Memperingatkan sesama Muslim atas kejahatan seseorang pun termasuk ghibah yang dibolehkan. Mengungkap pemimpin (pejabat) yang korup atau menyalahgunakan jabatan termasuk ghibah yang dibolehkan. Itu adalah tadzkirah sekaligus koreksi bagi sang pemimpin yang mestinya menjadi teladan.
Imam Nawawi dalam Syarah Muslim juga mengemukakan, ada enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib orang lain (ghibah):

1. Mengadukan perbuatan zhalim atau perbuatan jahat orang lain yang dialami kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang.

2. Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar.  

3. Meminta fatwa (nasihat hukum) kepada seorang mufti. Misalnya, seseorang bertanya kepada mufti: “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan?”

4. Mengingatkan kaum Muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perawi hadits.

5. Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.

6. Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya, seperti menyebutnya si buta. Namun, jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim).

KIAT MENGHINDARI GHIBAH
Bagaimana kiat menghindari ghibah? Al-Ghazali memberikan sejumlah kiat.

Pertama, dengan mengingat beratnya dosa atau adzab bergunjing. Misalnya mengingat selalu hadits "Sesungguhnya ghibah itu akan menghanguskan kebaikan seseorang lebih cepat daripada jilatan api atas kayu bakar".

Kedua, dengan merenungi aib atau kejelekan/kekurangan diri sendiri. Dengan begitu kita akan sibuk memperbaiki aib sendiri dan mengabaikan aib orang lain (tidak suka bergunjing).

Menurut al-Ghazali, jika kita telanjur bergunjing, bergegaslah beristighfar, lalu meminta maaf orang yang kita gunjingkan. Kalau tidak bisa bertemu dengan orang itu, banyaklah memujinya dan mendoakan serta menyebut kebaikannya. 
Semoga kita terhindari dari dosa besar ghibah ini. Amin! Wallahu a'lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*

sumber --> http://www.risalahislam.com/2014/11/bahaya-dosa-ghibah-membicarakan-aib-orang-lain.html

Jumat, 05 Mei 2017

Dia yang Riya’ atau Kita yang Hasad?

12383516_1259111034117677_1185485284_n
Google

Artikel yang membahas mengenai dua sifat dasar manusia yang termasuk paling banyak menjerumuskan ini pernah saya baca beberapa waktu yang lalu dalam sebuah akun sosial media.

Adalah Riya’ yang merupakan sifat pamer, ingin diketahui banyak orang dan Hasad yang merupakan sifat iri dengki dan cenderung menginginkan agar kebahagiaan atau keberuntungan yang dimiliki seseorang hilang dan berpindah kepadanya.

Pagi tadi saya menerima curhatan melalui bbm dari salah seorang kolega di tempat saya bekerja dulu.
Intinya adalah dia menanyakan bahwa apakah statusnya dalam bbm yang menyatakan bahwa dirinya sedang berpuasa adalah salah satu sikap Riya’? Pertanyaan ini muncul karena ada seseorang yang menegurnya dan beranggapan bahwa statusnya tersebut adalah pamer.

Membaca pertanyaannya tersebut, saya jadi teringat artikel Riya’ atau Hasad itu.
Sambil melakukan aktivitas, saya mencoba berpikir sejenak untuk bisa memberikan jawaban yang sebaik-baik dan sejauh saya ketahui.

Menurut saya pribadi, menulis status apapun dalam berbagai bentuk media adalah hak pribadi. Selama tidak menyinggung SARA, maka silahkan saja. Yang jadi persoalan adalah ketika status tersebut dibaca oleh banyak orang yang memiliki sudut pandang dan cara berpikir uang juga berbeda, yang juga tidak dapat dilarang oleh siapapun, alias bebas dan sah-sah saja.

Semuanya kembali kepada niat. Apabila niat membuat status tentang puasa itu hanyalah sebagai status, tanpa bermaksud pamer, dan justru bisa jadi pengingat bagi yang lain, maka inshaallah tidak mengandung dosa. Allah Maha Tahu

Tapi yang perlu jadi pertimbangan adalah ketika sebaik-baik ibadah adalah yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Merahasiakan ibadah adalah lebih baik, karena sebagaimana dosa yang kita tutup rapat-rapat, maka ibadah juga sebaiknya hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan dan Tuhan. Karena dikhawatirkan saat ibadah tersebut dilakukan dan diketahui oleh banyak orang, maka niat pun terpengaruh dan akhirnya pahala yang diinginkan tidak didapat.

Sebaiknya bersikap bagaimana kepada orang yang menganggap status itu sebagai sikap pamer? Ya, menurut saya ada dua pilihan:
  1. Menerangkan niat kita dan puasa apa yang sebenarnya dilakukan.
  2. tidak ambil pusing untuk menjelaskan, khawatir jadi emosi. ya ucapkan saja terima kasih. selesai perkara.
Kejadian seperti ini pasti seringkali dihadapi. Buat saya pribadi memang jadi perhatian khusus ketika mengupdate segala macam status yang berbau ibadah. Apakah tulisan atau dalam bentuk gambar.
Tapi hendaknya setiap kita berhati-hati dalam melakukan penilaian. Karena sungguh kita tidak pernah bisa tahu niat dibalik perbuatan seseorang. Daripada sibuk menganalisa dan menilai perbuatan orang lain, kenapa tidak menganggapnya sebagai motivasi untuk diri kita melakukan yang sama baiknya atau bahkan lebih baik.

Hasad yang dalam tingkatannya adalah lebih buruk dari iri dengki justru akan menghadirkan perasaan yang tidak nyaman bagi diri sendiri dan juga menambah dosa.

Di lain sisi, hendaknya juga kita lebih bijak untuk mengupdate status yang berhubungan dengan ibadah. Meski kita punya hak untuk itu, ada baiknya juga menghindari segala hal yang dapat mengakibatkan orang lain berbuat dosa dengan menjadi iri, dengki dan hasad.
Ini juga teguran halus untuk saya pribadi.

Semoga masing-masing kita dapat menjadi manusia yang lebih bijak dalam bersikap dan menyikapi kehidupan.
Wallahua’lam bishawab

Sumber :  https://lifelongserenade.wordpress.com/2016/03/03/dia-yang-riya-atau-kita-yang-hasad/

Hasad Dengki : Penyakit Hati Yang Menghanguskan Segala Kebaikan. Bagaimana Mengobatinya?

hasad-dengki.jpg 
 
HASAD DENGKI, kita tentu sudah sangat familiar dengan kata-kata tersebut. Bahkan dulu mungkin sewaktu pelajaran agama SD , kita sering memilih sifat tercela yang satu ini ketika diminta menuliskan contoh sifat tercela. Hasad dengki sering disebut juga dengki atau iri dan hasad. Untuk mendiagnosis gejala penyakit hasad dengki ini sebenarnya cukup simpel, yaitu dengan cukup bertanya kepada diri kita, apakah kita termasuk orang yang senang lihat orang susah dan susah lihat orang senang? Nah, apabila di dalam hati kita terdapat tanda-tanda atau sifat diatas itu maka boleh jadi kita termasuk orang yang sedang terjangkit penyakit Hasad Dengki, sebuah penyakit diantara sekian banyak penyakit ruhani yang amat berbahaya. Kita mesti segera mencari obatnya, sebab kalau kita kekalkan penyakit ini di dalam hati, maka kita takut tidak selamat di dunia terlebih di akhirat.

Tetapi sayang hingga saat ini belum ada Rumah Sakit Spesialis Penyakit Hasad Dengki. Berarti ya kita mesti cari dokter ruhani alias Mursyid yang dapat mengobati penyakit hati hati kita..

Hampir setiap orang menderita penyakit hasad dengki ini, cuma bedanya banyak atau sedikit, bertindak atau tidak. Dalam sebuah hadis disebutkan tentang enam golongan manusia yang dicampakkan ke dalam neraka, satu diantaranya adalah orang atau ulama yang di dalam hatinya terdapat hasad dengki.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya : “sesungguhnya hasad dengki itu memakan kebaikan sepertimana api memakan kayu bakar”

Orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit hasad dengki ini, hidupnya tidak akan pernah bahagia, jiwanya senantiasa menderita dan tersiksa. Hatinya selalu tersiksa jika melihat orang lain lebih dari dirinya atau mendapat nikmat serta kejayaan. Dan sebaliknya dia akan bergembira bila orang lain susah dan gagal.

Maka dari itu, hasad dengki inilah penyakit kronis yang merusak perpaduan dan ukhuwah. Akan timbul di dalam masyarakat fitnah memfitnah, dendam mendendam, buruk sangka,mengumpat, mengadu domba, dan dosa-dosa lain yang akan menghapuskan segala kebaikan.

Seseorang yang melayani sifat hasad dengkinya, maka pada hakikatnya dia adalah orang yang paling biadab dengan Allah, sebab secara tidak langsung dia benci kepada Allah, dia tidak redha pada apa yang Allah telah berikan kepada orang lain serta kepada dirinya.Sekalipun ibadahnya banyak, tahajudnya banyak dan shalatnya banyak.

Dalam sebuah kisah para Sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, terjemahannya : wahai Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita yang berpuasa siang hari dan shalat tahajud di malam harinya, tetapi selalu menyakiti tetangganya dengan lidahnya”. Jawab baginda Rasulullah SAW : “ Tidak ada kebaikan lagi baginya, ia adalah ahli neraka”.

Kemudian dalam sebuah kisah yang lain menyebutkan, ketika Rasulullah berkumpul bersama para Sahabatnya, tiba-tia baginda berkata, “ wahai para sahabatku, sesaat lagi dalam majelis ini akan datang seorang pemuda ahli syurga”. Para Sahabat pun penasaran, siapa yang akan datang ke dalam majelis tersebut, yang Rasulullah sendiri menyebutnya sebagai pemuda ahli Syurga. Maka tak lama setelah itu datanglah Sa’ad bin Abi Waqash ke dalam majelis itu. Rupanya beliaulah yang disebut Rasulullah sebagai Ahli Syurga tersebut. Lantas para sahabatpun sangat “cemburu”, bereka ingin tahu kenapa si pemuda ini disebut sebagai ahli syurga, apa yang menjadi amal ibadahnya sehingga ia layak untuk disebut ahli Syurga oleh Rasulullah?

Maka selepas majelis itu, ada sahabat yang berinisiatif untuk melihat secara dekat si pemuda tadi, akhirnya sahabat ini mengikuti si pemuda sampai rumah. Kemudian sahabat ini meminta izin kepada si pemuda untuk menginap di rumahnya. Maka di izinkanlah sahabat ini menginap.

Tetapi ajaib, sepanjang hari dan sepanjang malam si sahabat ini mengamati si pemuda, ternyata tidak ada ibadah yang istimewa pada diri si pemuda. Dia hanya beribadah yang wajib-wajib saja, malam hari pun si pemuda ini tidak bangun untuk shalat malam. Maka bertambah penasaranlah si sahabat, lantas bertanya, wahai saudaraku, engkau disebut oleh baginda Rasulullah sebagai pemuda ahli Syurga, tetapi aku lihat tidak ada yang istimewa pada amal ibadahmu, bolehkah aku tahu rahasia engkau?”

Si Pemuda terkejut mendengar pertanyaan dari si sahabat, lantas merenung dan menjawab, mungkin yang menjadikan aku disebut ahli Syurga oleh Rasulullah adalah bahwa hatiku tidak pernah sedikitpun hasad dengki dengan orang lain, bahkan niat untuk hasad dengki pun aku tidak punya”

Orang yang ibadahnya banyak pun masuk neraka karena hasad dengki, apalagi yang tidak pernah tahajud, tidak pernah puasa sunat dan masih bergelimang dengan hasad dengki. Kalau bentul kita beriman kepada Allah, marilah kita insyaf akan penyakit-penyakit hati kita dan memperbaiki dengan cara MUJAHADATUNNAFSI atau bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu yang jahat.

Diantara tips yang mesti kita lakukan sebagai mujahadah terhadap hasad dengki ialah :
  1. Setiap kali orang yang kita dengki mendapat kejayaan, maka kita ucapkan selamat kepadanya. Dan sebaliknya apabila dia tertimpa kesusahan maka kita menumpang sedih juga atas apa yang menimpanya serta menghiburnya.
  2. Sanjung, sebut dan pujilah kebaikan serta keistimewaan orang yang kita dengki di belakang dia, dan kalau ada keburukannya kita rahasiakan. Doakan kebaikan untuknya.
  3. Sering-sering bersilaturahmi serta memberi hadiah kepada orang yang kita dengki tersebut.
  4. Kalau ada orang yang berusaha menjatuhkan orang yang kita dengki itu, berusahalah untuk membelanya. Jangan melayani syeitan yang hendak merusakkan mujahadah kita dengan mendorong kita untuk ikut mengumpatnya.
  5. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan membuang penyakit hasad dengki yang ada dalam diri kita.
Memang berat dan terasa pahit tetapi itulah obat, sebab selama ini Ego kita sudah mendarah daging. Tapi obat ini mesti kita makan dan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan ingat selalu firman Allah dalam QS Al Ankabut :69 yang artinya : dan mereka yang bermujahadah pada jalan Kami, niscaya Kami tunjuki jalan-jalan Kami itu “.
gift.jpg

Timbulnya hasad dengki pada orang lain adalah karena orang lain mempunyai keistimewaan dan kelebihan lebih dari yang kita miliki. Atau bila seseorang mendapat nikmat lebih dari kita atau bila kita terasa seseorang telah mengalahkan kita dalam perjuangan, persaingan atau kompetisi maka datanglah hasad dengki itu.

Sepatutnya tidak begitu.Kalau kita beriman dengan Allah, yakin akan keadilanNya mengatur pemberian kepada hamba-hambaNya maka kita tidak akan hasad dengki dengan orang lain.
Firman Allah dalam QS An Nisa: 32, yang artinya : “ janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain”.

Allah yang melebihkan dan mengurangkan pemberianNya kepada seseorang. Dan Allah adalah adil atas pemberian lebih dan kurang itu. Dia bermaksud menguji kita. Siapa yang sadar dirinya sebagai hambaNya, lalu akan sentiasa bersyukur pada nikmat yang diperolehi, redha dengan taqdir dan sabar menunggu ujian.

Dalam hadis Qudsi, Allah berfirman yang artinya : “ barangsiapa tidak redha terhadap takdir yang telah berlaku dan tidak sabar terhadap cobaan dariKu, maka carilah Tuhan selain Aku “
Kalau Allah melebihkan seseorang itu dari kita, artinya Allah mau menguji kita apakah sabar dan redhakah kita dengan kekurangan yang Allah takdirkan. Dan kalau Allah lebihkan kita dari seseorang, artinya Allah mau menguji kita, bersyukurkah kita terhadap nikmat itu atau sebaliknya sombong, congkak, dan lupa diri sebagai hamba Allah.

Kalau begitu kenapa mesti hasad dengki? Kalau masih hasad dengki juga, artinya kita tidak redha dengan Allah. Kita tidak senang dengan peraturan-Nya dan kita tidak menerima kehendak-Nya. Sebab itu orang yang hasad bukan saja bermusuhan dengan orang yang didengki itu tetapi juga bermusuhan dengan Allah. Biadab dengan manusia dan biadab dengan Allah, maka layaklah menjadi ahli Neraka.
 
Referensi : Kitab Besar Tasawuf berjudul “ Mengenal Diri Melalui Rasa Hati” karya Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi

Sumber : https://aboutmiracle.wordpress.com/2007/06/06/hasad-dengki-penyakit-yang-menghanguskan-segala-kebaikan-bagaimana-mengobatinya/

Jumat, 28 April 2017

Riba yang tanpa sadar telah kita lakukan di kehidupan sehari-hari

Riba, saat mendengar kata ini mungkin yang pertama terbersit dalam fikiran kita adalah tentang perbuatan yang di larang oleh Allah SWT, yaitu dengan cara meminjamkan uang dengan bunga tertentu yang sering kali begitu besar sehingga memberatkan si peminjam, bahkan tidak jarang seluruh harta bendanya ikut disita karena tidak mampu untuk membayar pinjaman yang telah jatuh tempo,sehingga bunga pinjaman menjadi membengkak, hingga bunga berbunga dan berbunga. Pada awal meminjam dengan tujuan untuk memperbaiki keadaan perekonomian, tetapi apa daya semua yang di impikan musnah tiada berbekas.

  Riba dengan contoh di atas sudah kita fahami bersama dan mungkin kita akan berfikir berkali-kali untuk melakukannya. Tapi tahukah anda bahwa tanpa kita sadari kita sering melakukan perbuatan riba dan kita tidak menyadari bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan riba. contoh nyata adalah seperti di bawah ini :

     A: Bu, berapa harga selimut ini ?
     B: Harganya 200 ribu
     A: kalau kredit berapa ?
     B: kalau kredit 50ribu X 5 , di bayar satu minggu sekali
  
Percakapan di atas sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, bahkan mungkin salah satu pelakunya adalah kita sendiri, apa yang bisa kita ambil dari percakapan di atas adalah sebagai berikut :
  1. harga selimut bila di bayar kontan = 200 ribu
  2. bila kredit 50 ribu X 5 = 250 ribu
  3. di sini bisa kita lihat ada perbedaan harga sebesar 50 ribu bila kita membeli dengan kredit
  4. seharusnya harga kontan dan harga kredit harus sama, perbedaan harga di sinilah yang di sebut riba, mengapa bisa demikian ? 
  5. si pembeli bisa kita asumsikan meminjam uang sebesar 200 ribu untuk membeli selimut, kemudiam dia membayar hutang tersebut dengan cara di angsur sebesar 50 ribu per minggu selama 5 minggu
  6. berarti si pembeli meminjam 200 ribu, tetapi harus membayar 250 ribu.

    Mungkin anda akan berfikir, kalau harga kontan sama dengan harga kredit sang penjual pasti rugi. Untuk mengatasi hal tersebut bisa kita lakukan hal-hal berikut :
 
  1. Misalkan harga beli selimut sebesar 175 ribu, terus kalau kita jual biasanya 200 ribu
  2. Maka kita menjualnya sebesar 250 ribu
  3. Apabila ada yang menanyakan harga selimut bila kredit, kita jawab 50 ribu X 5
  4. bila pembeli menanyaka harga bila membeli secara kontan, maka kita jawab 250 ribu
  5. Sehingga baik membeli secara kontan ataupun kredit, harga yang di dapat adalah sama, yaitu sebesar 250 rib, sehingga kita bisa terhindar dari praktek riba

     Sekian tulisan yang sederhana ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin


sumber : http://tinta168.blogspot.co.id/2012/06/riba-yang-tanpa-sadar-telah-kita.html

Rabu, 12 April 2017

Mengapa kentut yang berbunyi keras tidak berbau?

Ada banyak sekali hal kecil yang sering terjadi dalam tubuh kita tanpa tahu penyebabnya, mengapa hal tersebut bisa terjadi, salah satunya adalah kentut. Siapa sih yang tidak pernah mendengar bunyi kentut atau bahkan mengalaminya sendiri dan ga mau ngaku? Hihihi.. Maaf ya untuk artikel kali ini agak sedikit jorok. Mohon tidak melihat sisi joroknya ya, tapi lihat sisi pengetahuannya..



Misalnya ketika seseorang di sekitar kita sengaja atau bahkan tidak sengaja kentut sembarangan dengan bunyi yang begitu keras dan mengganggu pendengaran, namun tidak menghasilkan efek bau yang tidak sedap. Dan sebaliknya ketika yang bersangkutan kentut dengan cara sembunyi-sembunyi malah menghasilkan efek bau yang tidak sedap, busuk dan sangat menyengat di hidung. ahihihi.. Apakah kita penasaran? atau jengkel? dua-duanya ya.. haha

Mengapa hal ini bisa terjadi ?

Aneh tapi nyata. Untuk itu dalam mengungkap masalah ini, kita harus ketahui lebih dulu dari mana asal kentut tersebut.

Mulut merupakan salah satu alat pencernaan manusia untuk memasukkan makanan maupun minuman yang kemudian mengalir ke dalam sistem pencernaan lainnya di dalam tubuh.
 
Namun pada kenyataanya tidak hanya makanan dan minuman saja yang memasuki sistem perncernaan kita, udara pun ikut masuk ke dalamnya. Jadi, ketika udara masuk ke dalam tubuh kita kemudian belum sempat melewati organ lambung, udara tersebut bisa dikeluarkan lagi lewat mulut dalam bentuk sendawa. Lain halnya jika udara tersebut berhasil masuk sampai ke usus, (maaf) lubang anus lah jalan keluar udara tersebut dalam bentuk kentut. 

Selanjutnya, usus besar inilah yang merupakan bagian usus paling akhir yang bagian ujungnya itu lubang anus. Dalam hal ini, usus besar bekerja melakukan gerakan peristaltik untuk menghasilkan tekanan sehingga menyebabkan udara yang ada di dalam usus ini bisa terdorong keluar tubuh lewat anus.

Di sisi lain, usus besar adalah organ tempat penampungan tinja yang nantinya juga dikeluarkan dengan cara buang air besar.Saat udara di dalam usus besar akan dikeluarkan lewat anus dalam keadaan usus besar masih dipenuhi oleh tinja, maka aliran udara yang akan dikeluarkan ini akan terhalangi oleh tumpukan tinja tsb. Inilah yang menyebabkan udara keluar secara pelan-pelan lewat anus.

Di saat yang bersamaan pula, udara dalam usus besar ini terkontaminasi oleh tumpukan tinja, sehingga udara yang dikeluarkan atau kentut ini menjadi berbau tak sedap.

Berbeda halnya jika usus besar ini tidak dipenuhi oleh tinja atau dalam keadaan kosong, pasti proses mengeluarkan udara di dalam usus tersebut akan berlangsung lancar tanpa ada hambatan. Efeknya, udara yang keluar lewat lubang anus ini berkecepatan tinggi karena tak ada halangan apa pun. Nah, kecepatan tinggi inilah yang menyebabkan lubang anus bergetar cepat dan menciptakan bunyi yang keras atau nyaring.

Karena bebas dari tinja, maka udara yang ada di dalam usus besar ini tidak terkontaminasi bau tak sedap. Pada kondisi seperti inilah bau kentut yang dikeluarkan tidak mengandung bau apa pun. Hidung kita pun tak mencium bau tak sedap.

Nah sudah terungkap jelas sekarang semuanya kan? Bau tidaknya kentut itu bergantung pada kandungan tinja dalam usus besar. Jika memang seseorang sudah buang air besar dengan lancar pada hari itu, kentut yang dikeluarkan biasanya bunyinya keras dan tidak berbau.
Sebaliknya, jika pada hari itu belum buang air besar tentu kentut yang dikeluarkan akan tidak bersuara dan menghasilkan efek berbau tak sedap dan membuat kepala jadi puyeng. 

Sekian penjelasannya, semoga bermanfaat ya..

Selasa, 11 April 2017

Benarkah kaget bisa meredakan cegukan ?

Siapapun pasti pernah mengalami cegukan atau sisidueun, dari mulai bayi, anak-anak, balita, remaja, dewasa sampai orang lansia. Banyak yang bilang, cegukan ini di sebabkan karena kurangnya kadar mineral dalam tubuh atau sering di sebut kurang minum. Makanya ketika sedang mengalami cegukan ini, banyak yang menyarankan untuk minum air sebanyak-banyaknya. Kondisi ini memang sering dianggap remeh. Namun, jika dibiarkan terus menerus, bukan hanya mengganggu aktifitas, tetapi juga akan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh kita.



Seperti dalam acara televisi yang fenomenal, Dr. O*, beberapa hari lalu di season mitos atau fakta, membahas tentang benarkah rasa kaget bisa meredakan cegukan? Hal itu tentu saja tidak mudah jika dilakukan sendiri. Misalnya saja anda menyuruh teman anda untuk mengagetkan anda secara alami, atau anda bisa mencoba menonton film horor yang penuh dengan adegan mengagetkan. Maka rasa kaget yang akan anda terima ini bisa berfungsi untuk meredakan dan menghilangkan cegukan seketika karena rasa terkejut akan mengubah siklus napas anda. Selain itu, mental anda yang merasa terkejut juga bisa mempengaruhi cara kerja diafragma. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kaget memang bisa meredakan cegukan.

Sekian penjelasan singkat dari saya, semoga bermanfaat yaa..