Jumat, 05 Mei 2017

Dia yang Riya’ atau Kita yang Hasad?

12383516_1259111034117677_1185485284_n
Google

Artikel yang membahas mengenai dua sifat dasar manusia yang termasuk paling banyak menjerumuskan ini pernah saya baca beberapa waktu yang lalu dalam sebuah akun sosial media.

Adalah Riya’ yang merupakan sifat pamer, ingin diketahui banyak orang dan Hasad yang merupakan sifat iri dengki dan cenderung menginginkan agar kebahagiaan atau keberuntungan yang dimiliki seseorang hilang dan berpindah kepadanya.

Pagi tadi saya menerima curhatan melalui bbm dari salah seorang kolega di tempat saya bekerja dulu.
Intinya adalah dia menanyakan bahwa apakah statusnya dalam bbm yang menyatakan bahwa dirinya sedang berpuasa adalah salah satu sikap Riya’? Pertanyaan ini muncul karena ada seseorang yang menegurnya dan beranggapan bahwa statusnya tersebut adalah pamer.

Membaca pertanyaannya tersebut, saya jadi teringat artikel Riya’ atau Hasad itu.
Sambil melakukan aktivitas, saya mencoba berpikir sejenak untuk bisa memberikan jawaban yang sebaik-baik dan sejauh saya ketahui.

Menurut saya pribadi, menulis status apapun dalam berbagai bentuk media adalah hak pribadi. Selama tidak menyinggung SARA, maka silahkan saja. Yang jadi persoalan adalah ketika status tersebut dibaca oleh banyak orang yang memiliki sudut pandang dan cara berpikir uang juga berbeda, yang juga tidak dapat dilarang oleh siapapun, alias bebas dan sah-sah saja.

Semuanya kembali kepada niat. Apabila niat membuat status tentang puasa itu hanyalah sebagai status, tanpa bermaksud pamer, dan justru bisa jadi pengingat bagi yang lain, maka inshaallah tidak mengandung dosa. Allah Maha Tahu

Tapi yang perlu jadi pertimbangan adalah ketika sebaik-baik ibadah adalah yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Merahasiakan ibadah adalah lebih baik, karena sebagaimana dosa yang kita tutup rapat-rapat, maka ibadah juga sebaiknya hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan dan Tuhan. Karena dikhawatirkan saat ibadah tersebut dilakukan dan diketahui oleh banyak orang, maka niat pun terpengaruh dan akhirnya pahala yang diinginkan tidak didapat.

Sebaiknya bersikap bagaimana kepada orang yang menganggap status itu sebagai sikap pamer? Ya, menurut saya ada dua pilihan:
  1. Menerangkan niat kita dan puasa apa yang sebenarnya dilakukan.
  2. tidak ambil pusing untuk menjelaskan, khawatir jadi emosi. ya ucapkan saja terima kasih. selesai perkara.
Kejadian seperti ini pasti seringkali dihadapi. Buat saya pribadi memang jadi perhatian khusus ketika mengupdate segala macam status yang berbau ibadah. Apakah tulisan atau dalam bentuk gambar.
Tapi hendaknya setiap kita berhati-hati dalam melakukan penilaian. Karena sungguh kita tidak pernah bisa tahu niat dibalik perbuatan seseorang. Daripada sibuk menganalisa dan menilai perbuatan orang lain, kenapa tidak menganggapnya sebagai motivasi untuk diri kita melakukan yang sama baiknya atau bahkan lebih baik.

Hasad yang dalam tingkatannya adalah lebih buruk dari iri dengki justru akan menghadirkan perasaan yang tidak nyaman bagi diri sendiri dan juga menambah dosa.

Di lain sisi, hendaknya juga kita lebih bijak untuk mengupdate status yang berhubungan dengan ibadah. Meski kita punya hak untuk itu, ada baiknya juga menghindari segala hal yang dapat mengakibatkan orang lain berbuat dosa dengan menjadi iri, dengki dan hasad.
Ini juga teguran halus untuk saya pribadi.

Semoga masing-masing kita dapat menjadi manusia yang lebih bijak dalam bersikap dan menyikapi kehidupan.
Wallahua’lam bishawab

Sumber :  https://lifelongserenade.wordpress.com/2016/03/03/dia-yang-riya-atau-kita-yang-hasad/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar