Artikel yang membahas mengenai dua sifat dasar manusia yang termasuk
paling banyak menjerumuskan ini pernah saya baca beberapa waktu yang
lalu dalam sebuah akun sosial media.
Adalah Riya’ yang merupakan sifat pamer, ingin diketahui banyak orang
dan Hasad yang merupakan sifat iri dengki dan cenderung menginginkan
agar kebahagiaan atau keberuntungan yang dimiliki seseorang hilang dan
berpindah kepadanya.
Pagi tadi saya menerima curhatan melalui bbm dari salah seorang kolega di tempat saya bekerja dulu.
Intinya adalah dia menanyakan bahwa apakah statusnya dalam bbm yang
menyatakan bahwa dirinya sedang berpuasa adalah salah satu sikap Riya’?
Pertanyaan ini muncul karena ada seseorang yang menegurnya dan
beranggapan bahwa statusnya tersebut adalah pamer.
Membaca pertanyaannya tersebut, saya jadi teringat artikel Riya’ atau Hasad itu.
Sambil melakukan aktivitas, saya mencoba berpikir sejenak untuk bisa
memberikan jawaban yang sebaik-baik dan sejauh saya ketahui.
Menurut saya pribadi, menulis status apapun dalam berbagai bentuk
media adalah hak pribadi. Selama tidak menyinggung SARA, maka silahkan
saja. Yang jadi persoalan adalah ketika status tersebut dibaca oleh
banyak orang yang memiliki sudut pandang dan cara berpikir uang juga
berbeda, yang juga tidak dapat dilarang oleh siapapun, alias bebas dan
sah-sah saja.
Semuanya kembali kepada niat. Apabila niat membuat status tentang
puasa itu hanyalah sebagai status, tanpa bermaksud pamer, dan justru
bisa jadi pengingat bagi yang lain, maka inshaallah tidak mengandung
dosa. Allah Maha Tahu
Tapi yang perlu jadi pertimbangan adalah ketika sebaik-baik ibadah adalah yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Merahasiakan ibadah adalah lebih baik, karena sebagaimana dosa yang
kita tutup rapat-rapat, maka ibadah juga sebaiknya hanya diketahui oleh
orang yang bersangkutan dan Tuhan. Karena dikhawatirkan saat ibadah
tersebut dilakukan dan diketahui oleh banyak orang, maka niat pun
terpengaruh dan akhirnya pahala yang diinginkan tidak didapat.
Sebaiknya bersikap bagaimana kepada orang yang menganggap status itu sebagai sikap pamer? Ya, menurut saya ada dua pilihan:
- Menerangkan niat kita dan puasa apa yang sebenarnya dilakukan.
- tidak ambil pusing untuk menjelaskan, khawatir jadi emosi. ya ucapkan saja terima kasih. selesai perkara.
Kejadian seperti ini pasti seringkali dihadapi. Buat saya pribadi
memang jadi perhatian khusus ketika mengupdate segala macam status yang
berbau ibadah. Apakah tulisan atau dalam bentuk gambar.
Tapi hendaknya setiap kita berhati-hati dalam melakukan penilaian.
Karena sungguh kita tidak pernah bisa tahu niat dibalik perbuatan
seseorang. Daripada sibuk menganalisa dan menilai perbuatan orang lain,
kenapa tidak menganggapnya sebagai motivasi untuk diri kita melakukan
yang sama baiknya atau bahkan lebih baik.
Hasad yang dalam tingkatannya adalah lebih buruk dari iri dengki
justru akan menghadirkan perasaan yang tidak nyaman bagi diri sendiri
dan juga menambah dosa.
Di lain sisi, hendaknya juga kita lebih bijak untuk mengupdate status
yang berhubungan dengan ibadah. Meski kita punya hak untuk itu, ada
baiknya juga menghindari segala hal yang dapat mengakibatkan orang lain
berbuat dosa dengan menjadi iri, dengki dan hasad.
Ini juga teguran halus untuk saya pribadi.
Semoga masing-masing kita dapat menjadi manusia yang lebih bijak dalam bersikap dan menyikapi kehidupan.
Wallahua’lam bishawab
Sumber : https://lifelongserenade.wordpress.com/2016/03/03/dia-yang-riya-atau-kita-yang-hasad/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar